Misteri Peradaban Besi yang Tenggelam di Dasar Danau Matano - National Geographic Indonesia (Voiceover)

Danau Matano di Sulawesi Selatan menyimpan misteri repihan peninggalan masa lalu. Ada lima situs yang sarat peninggalan pitarah, yaitu Situs Sebengkuro, Onetengka, Sukoiyo, Pontada, dan Pulau Ampat. Di lokasi tersebut, ditemukan ribuan benda arkeologi berupa tembikar, serpih, tulang satwa, arang, dan logam. Temuan paling menarik berada di Situs Pulau Ampat. Para peneliti menemukan batu ike atau stone beaters. Alat ini digunakan untuk membuat baju dari kulit pohon, yang dipraktikkan manusia sejak 5.000 tahun silam. Selain itu, ditemukan pula artefak campuran besi nikel, sepanjang kurang lebih satu setengah meter. Simak Video Lengkapnya! Riset: Rahmad Azhar Hutomo. Video: Aga Akbel Pratama (@agapratam) VO: Gita Laras Widyaningrum (@gitalarasw). --- #misteri #nationalgeographic #danau

Caption IGTV

Intan Suci Nurhati: Berkawan dengan 'Arsip Alam' Paleoseaonografi adalah ilmu yang mempelajari sejarah lautan. Sejatinya ilmu tentang masa lampau. Untuk apa kita mengurusi masa lampau? ⠀ "Kami mempelajari ini karena ingin memperbaiki proyeksi masa depan," ungkap Intan Suci Nurhati. ⠀ "Paleoseoanografi bisa mengetahui bagaimana lingkungan dan iklim sudah berubah dari masa ke masa, terutama akibat ulah manusia," imbuhnya. ⠀ Intan merupakan peneliti paleoseanografi di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). ⠀ Dia berteman dengan lautan, pohon, dan terumbu karang. Dari sana, ia menerjemahkan 'arsip alam' untuk memahami perubahan iklim serta perilaku manusia yang memengaruhinya. ⠀ Kontribusi Intan terhadap isu ini membawanya masuk ke dalam salah satu daftar Women of Impact yang digelar oleh National Geographic. ⠀ Video oleh @agapratam ⠀ #NatGeoIndonesia #PerempuanUntukPerubahan #Paleoseaonografi #Lingkungan #Iiklim

Caption Post Instagram

Bumi tidak dapat dipisahkan dari berbagai elemen yang melengkapinya. Manusia, menjadi salah satu elemen penting yang dianggap mampu menjaga kehidupan Bumi. Sayangnya, yang terjadi justru sebaliknya. Perilaku kita justru merusak dan mengganggu kehidupan di planet ini. Salah satunya adalah kebiasaan membuang sampah sembarangan. Sampah-sampah yang tidak terkelola dengan baik ini pada akhirnya akan merugikan lingkungan. Di antara banyaknya jenis sampah, puntung rokok tidak bisa disepelekan. Sebuah studi mengungkapkan bahwa sejak tahun 1980-an, sampah puntung menyumbang 30% hingga 40% dari total sampah di perkotaan. Dan karena terbuat dari selulosa asetat, perlu waktu lama bagi puntung untuk benar-benar terurai—bahkan bisa sampai 15 tahun. Jika hal ini terus berlanjut, maka sampah puntung rokok akan membahayakan ekosistem di sekitarnya. Demi menjaga kehidupan di planet ini, #SayaPilihBumi dan National Geographic Indonesia bekerjasama dengan Sampoerna untuk Indonesia, untuk menyuarakan kampanye #PuntungItuSampah. Bersama-sama, kami ingin mengajak masyarakat agar tidak membuang sampah puntung rokok sembarangan. Mari ubah pola perilaku dan pandangan kita, karena #PuntungItuSampah dan #SayaPilihBumi Foto: National Geographic Indonesia #PuntungItuSampah #SayaPilihBumi #NatGeoIndonesia #BisaDariRumah #GridNetwork #lingkunganberkelanjutan #lingkunganhidup #waste #wastemanagement

MONOLOG WANODJA SOENDA: SUARA KERESAHAN PEREMPUAN SUNDA (Reportage + Interview + Script)

Siapakah perempuan bernama Lasminingrat? Ema Poeradiredja? Raden Dewi Sartika? Ketiga tokoh perempuan Sunda itu meniti histori dalam bentangan tali semangat perubahan. Bagaimana mereka berani bertindak dan mengambil peranan besar di tengah-tengah diskriminasi dan penindasan. Moral cerita dari ketiga perempuan Sunda nan inspiratif itu tampil kembali di Bumi Priangan. Pada 29 Januari silam, kisah perjuangan mereka dikenang dan dipentaskan dalam “Monolog Wanodja Soenda” di Grand Ballroom Hotel Savoy Homann, Bandung.
Load More Articles